Dia mengatakan, merger menjadi salah satu skema yang diusulkan dengan tujuan efisiensi, termasuk menekan biaya logistik, di internal BUMN klaster penerbangan.
Alasan lainnya adalah mengejar ketertinggalan jumlah pesawat di dalam negeri. Erick menyebut Indonesia membutuhkan 729 pesawat lantaran jumlah penduduknya mencapai 280 juta jiwa.
Saat ini, total armada yang beroperasi di Tanah Air baru menyentuh 550 pesawat. Artinya, Indonesia masih membutuhkan 200 pesawat baru agar bisa mengakomodir kebutuhan penerbangan nasional.
Senada, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mencatat, hubungan Garuda Indonesia dan Citilink sama seperti saat ini. Artinya, saham Citilink tetap didominasi oleh Garuda. Tercatat, emiten bersandi saham GIAA itu memiliki total saham sebesar 97,80 persen. Sisanya 2,20 persen dipegang PT Aero Wisata.