“Namun, dengan adanya kerja sama perdagangan yang erat antara Indonesia dan Australia, akan dapat meminimalkan risiko tersebut,” tambahnya.
Sebagai negara dengan cadangan critical mineral terbesar dunia, Airlangga dan Don Farrell juga memiliki kesamaan pandangan bahwa critical mineral merupakan kepentingan bersama, dan pembahasan ini merupakan elemen penting untuk transisi energi dan EV di kedua negara. Airlangga menyambut baik concern Australia mengingat hal tersebut sejalan dengan fokus Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan EV.
Don Farrel dan Airlangga juga berdiskusi terkait kemajuan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Airlangga menjelaskan bahwa saat ini pembangunan IKN telah mencapai lebih dari 30 persen, khususnya di kawasan inti pemerintahan.
“Kami menargetkan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79 pada tahun 2024 sudah bisa diselenggarakan di IKN. Untuk mendukung pengembangan kota yang hijau, inklusif, cerdas, dan tangguh, kami mengembangkan sumber renewable energy di Kalimantan Utara, khususnya hidrogen hijau, dengan kapasitas 10 GW,” ungkap Airlangga.
Meneruskan pembicaraan tersebut, Airlangga mengundang Australia untuk berinvestasi di Indonesia dalam bidang energi bersih, seperti hidrogen dan solar panel.
“Kami memiliki floating solar panel terbesar di Asia Tenggara, dan ketiga terbesar di dunia. Solar panel tersebut dipasang di atas Waduk Cirata, Jawa Barat, dengan luas 200 ha dan berkapasitas 192 MWp,” kata Airlangga, menunjukkan keseriusan Pemerintah Indonesia dalam transisi energi.
Sebagai penutup diskusi, Don Farrel menyatakan dukungan Australia bagi aksesi Indonesia pada OECD, serta kesiapan untuk mendukung secara aktif melalui Program Prospera.
(FRI)