Rupiah mengalami depresiasi 6,58 persen (ytd). Senada dengan beberapa negara emerging lain, namun Brasil depresiasinya lebih dalam.
"Atau kalau Anda sekarang baru mengikuti Jepang mengalami depresiasi yang sangat dalam, bahkan pada levelnya sudah comparable dengan 1996. Ini juga tentu menimbulkan dinamika dari negara-negara partner dagang kita," ungkap Sri Mulyani.
Sedangkan US Treasury juga mengalami kenaikan, jadi dalam hal Fed Fund Rate tidak mengalami penurunan, sementara dari sisi fiskal APBN di Amerika Serikat (AS) mengalami defisit yang tinggi, sehingga menyebabkan US Treasury harus mengeluarkan banyak sekali bonds, dan mengakibatkan harganya jatuh, yield naik.
Sri Mulyani menyebut US Treasury mencapai 4,25 persen yang relatif tinggi sejak April. Pemerintah Indonesia memang melihat dari pasar keuangan, pasar global dan sukuk bonds menjadi salah satu yang perlu diwaspadai.