Gunawan menjelaskan, Rupiah bisa saja menguat jika The FED atau Bank Sentral AS benar-benar memangkas atau setidaknya memberikan gambaran kapan pemangkasan besaran bunga acuannya.
Sikap The FED yang masih belum jelas kapan akan mulai memangkas bunga acuan, menjadi salah satu pemicu menguatnya US Dolar belakangan ini.
"Jadi US Dolar yang diuntungkan dengan kebijakan Bank Sentral AS tersebut memaksa Rupiah untuk berada pada titik keseimbangan baru (melemah). Walaupun kalau berkaca pada hitung-hitungan moneter hal tersebut terlihat lumrah terjadi," katanya.
Akan tetapi, dampak dari depresiasi Rupiah terhadap masyarakat tidak bisa dianggap enteng. Karena pelemahan nilai tukar Rupiah bisa membuat harga kebutuhan hidup sehari-hari mengalami kenaikan. Baik kebutuhan pokok seperti Beras, BBM, Bawang hingga kebutuhan produk olahan lainnya seperti mi instan dan banyak lagi.
"Disinilah pentingnya sinergi antar lembaga pemerintah, sehingga upaya untuk mengendalikan rupiah bukan hanya ada di pundak BI saja. Belakangan ini Gubernur BI, Menteri Keuangan, Kepala OJK dan Lembaga Penjamin Simpanan telah dipanggil Presiden terkait dengan pelemahan mata uang Rupiah kan," ujarnya.
(SLF)