Pengujian kadar oktan bahan bakar pun tidak dilakukan oleh sembarang orang karena dibutuhkan sertifikasi khusus.
Dalam hal ini, CFR menghitung kadar oktan dengan menduplikasi pembakaran di dalam mesin kendaraan bermotor. Sedangkan CFR yang beredar di pasaran bekerja dengan prinsip fisika kimia bahan bakar sehingga hasilnya tidak bisa dijadikan acuan.
Tri menyebut bilangan oktan menunjukkan ketahanan terjadinya knocking. Jika kendaraan diisi BBM dengan kadar oktan yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan maka akan mengalami knocking dan dapat mengalami performa, bahkan rusak.
"Kalau angka oktan tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan kendaraan, mesin bisa mengalami knocking, bahkan ngelitik, dan bahkan bisa kehilangan performa. Cepat rusak lagi," tutupnya.
(DES)