IDXChannel - Koordiator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito, menjelaskan bahwa varian Omicron memiliki keunikan di bandingkan dengan virus-virus sebelumnya. Omicron memiliki tingkat mutasi yang tinggi pada gen bagian S atau Spike.
Tingginya mutasi ini tentu berdampak pada kemampuan tes alat uji diagnostik terutama yang menggunakan target gen S untuk mendeteksi virus. Saat ini Indonesia menggunakan setidaknya dua jenis alat uji untuk mendeteksi Covid-19 yakni Rapid Antigen dan uji yang berbasis Nucleic Acid Amplification Test (NAAT).
Rapid antigen yang banyak digunakan untuk kebutuhan skrining, sementara NAAT seperti Polymerase Chain Reaction (PCR), Loop-Mediated Isothermal Amplification (LAMP), dan Tes Cepat Molekuler (TCM) yang banyak digunakan sebagai alat peneguhan diagnosa.
"Rapid Antigen kemungkinan masih bisa mendeteksi kasus namun akurasinya bisa berkurang. Sementara alat uji berbasis NAAT seperti PCR, LAMP, dan TCM bekerja dengan mendeteksi material genetik dari virus," ucap Prof. Wiku dalam Keterangan Pers Terkait Penanganan Covid-19, Selasa 4 Januari 2022.
Oleh sebab itu, sejak awal pandemi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan menggunakan alat uji berbasis NAAT yang memiliki target gen lebih dari satu. Dalam kesempatan ini Prof. Wiku pun menjelaskan cara kerja alat uji berbasis NAAT dalam mendeteksi Omicron.