sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Satgas Sebut Gelombang Covid-19 di Indonesia Delay Tiga Minggu Dibandingkan Dunia

Economics editor Binti Mufarida
24/09/2021 09:41 WIB
Gelombang pertama Covid-19 di Indonesia delay atau lebih lambat tiga minggu dibandingkan dengan dunia.
Satgas Sebut Gelombang Covid-19 di Indonesia Delay Tiga Minggu Dibandingkan Dunia
Satgas Sebut Gelombang Covid-19 di Indonesia Delay Tiga Minggu Dibandingkan Dunia

IDXChannel - Juru Bicara Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa first wave atau gelombang pertama Covid-19 di Indonesia delay atau lebih lambat tiga minggu dibandingkan dengan dunia.

“Kalau kita lihat dari pengalaman first wave, saya mau mempertegas jadi kalau kita melihat sebenarnya ada sedikit delay, keterlambatan, di dalam mencapai puncaknya. Puncaknya dunia itu pada tanggal 7 Januari, ini kan Nataru ya, Natal dan tahun baru. Kalau kita 30 Januari beda berapa itu 23 hari ya, sekitar 3 minggu,” kata Wiku dalam dialog secara virtual dengan Nahdlatul Ulama, dikutip Jumat (24/9/2021).

“Berati kan mereka sudah mulai aktivitasnya beberapa minggu sebelum Natalnya itu sendiri atau aktivitasnya pas liburnya begitu tingginya, sehingga cepat meledaknya,” papar Prof Wiku.

Prof Wiku mengatakan di Indonesia pada saat dunia telah mengalami puncak kasus, di Indonesia terus dilakukan pencegahan aturan untuk tidak menimbulkan ledakan Covid-19.

“Sedangkan Indonesia, saya masih ingat kita membuat aturan-aturan untuk mencegah Nataru itu dengan mengatur perjalanan ke luar negeri, begitu juga dalam negeri. Jadi kita coba cegah tapi ternyata nggak mampu efektif untuk tidak timbul ledakan. Dan terjadi delay seperti ini,” kata Prof Wiku.  

Tapi prinsipnya, puncak kasus dunia dan Indonesia sebetulnya di waktu yang kurang lebih sama. Dan penyebabnya pun sama yakni aktivitas keagamaan. “Penyebabnya sama aktivitas keagamaan, itu poin pentingnya. Cuman bedanya cuma delay, sama besaran Indonesia berarti mengkontribusi pada puncak dunia juga kan kelihatan disitu.”

Namun, Prof Wiku mengatakan giliran di bulan April ada gelombang kedua di negara lain, contohnya India, Indonesia tidak ada. “Kenapa? Karena aktivitas penyebabnya memang beda. Di sana ada aktivitas agama yang berbeda yang kita nggak ada.”

“Populasi kita untuk yang agama Hindu sangat sedikit yang tidak menimbulkan gelombang besar seperti di India yang terus mengakibatkan kontribusi yang besar dan menyebabkan di negara lainnya, tapi tidak di Indonesia,” paparnya. (NDA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement