Kondisi ini tentu membuat prihatin para pengusaha SPBU karena pendapatan mereka menurun drastis. Karena sejatinya keuntungan menjual Pertamax lebih bagus dibanding penjualan Pertalite yang notabene sekarang menjadi bahan bakar penugasan karena disubsidi pemerintah.
"Karena penjualan Pertamax berkurang otomatis pendapatan kita juga menurun,"tambahnya.
Namun kondisi berbeda terlihat di outlet-outlet pertashop yang tersebar di berbagai wilayah terpencil yang jauh dari jangkauan SPBU. Mereka mengakui penjualan pertamax di outlet pertashop sempat terpukul akibat kenaikan harga jual Pertamax.
Mahmud Suhartanto, salah seorang pengusaha pertashop di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Gunungkidul, mengungkapkan penjualan pertamax mereka sempat anjlok usai pemerintah menaikkan harga jualnya. Namun anjloknya penjualan hanya berlangsung sebentar.
"Kami rasakan dampaknya 2 hari. Setelah itu pulih lagi," papar dia.
Mahmud menuturkan akibat kenaikan harga, penjualan Pertamax di outlet pertashop yang ia dirikan di JJLS tepatnya di Tanjungsari memang mengalami penurunan 40 persen dibanding sebelum kenaikan harga. Namun sekarang penjualannya telah pulih, sehari mampu membukukan penjualan 1.500 liter.