Sektor lainnya yang juga terdampak resesi adalah sektor-sektor manufaktur yang melakukan ekspor. Menurutnya, ketika pendapatan di negara-negara tujuan ekspor menurun, permintaan barang dan jasa ke Indonesia juga ikut menurun. Untuk itu, perlu meningkatkan kompetensi dan memperbaiki efisiensi.
“Dunia usaha kemudian meningkatkan penggunaan input yang efisien sehingga produknya itu menjadi kompetitif harganya. Ini mesti diterjemahkan ke setiap dunia usaha.”
“Teman-teman di asosiasi sekarang saya rasa sudah cukup mendalami ini dan kita tentu akan men-support dari pemerintah seperti apa yang harus kita lakukan untuk menjaga competitiveness kita terhadap barang-barang yang kita ekspor ke luar,” ujarnya.
Di sisi lain, dia menyebut perekonomian Indonesia pada 2022 tumbuh tinggi dengan kegiatan ekonomi yang juga meningkat. APBN 2022 telah bekerja keras sebagai shock absorber untuk melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional.
Kinerja positif APBN 2022 akan menjadi modal kuat menghadapi ketidakpastian situasi global dan konsolidasi fiskal tahun 2023. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator-indikator ekonomi yang memberikan optimisme, seperti indikator permintaan listrik, ritel, dan lain sebagainya. Namun, dirinya
“Kita keluar dari periode pandemi dan kita memiliki ketahanan yang cukup kuat. Ibaratnya, kuda-kuda kaki kita itu cukup kuat untuk masuk ke 2023,” ujar Suahasil
(FRI)