"Neraca komoditas kami dapatkan pada tanggal 20 Januari 2025 dan persetujuan impor kami dapatkan di 23 Januari 2025. Akan tetapi, pada saat kami mendapatkan neraca komoditas tersebut, sekitar 25 persen dari SPBU kami sudah mengalami stock out untuk beberapa varian," ujarnya.
Atas kondisi tersebut, pihaknya juga berusaha memitigasi dengan cara membagi stok untuk setiap daerah agar tetap ada ketersediaannya. Setelah mendapatkan persetujuan, Shell Indonesia melakukan upaya percepatan untuk produk BBM guna dapat distribusikan sesegera mungkin.
"Namun yang perlu saya sampaikan adalah dibutuhkan waktu untuk mempersiapkan. Jadi dari mulai penunjukkan kapal, persiapan produk, sampai kami juga harus bongkar di terminal, pengetesan, dan sampai distribusi dari terminal ke SPBU itu membutuhkan waktu sampai 20 hari," tuturnya.
Dia mengaku bersyukur, upaya pihakya untuk mempercepat ketersediaan BBM di lokasi dapat dikatakan berhasil. Karena stok BBM tiba di terminal sekitar 6 Februari 2025.
"Dan seluruh SPBU kami saat ini alhamdullilah telah bisa beroperasi seperti sediakala itu per tanggal 11 Februari 2025," katanya.