"Sentimen bisnis dan konsumen juga akan teredam, sehingga menekan konsumsi domestik dan investasi di banyak negara," kata MTI.
MTI menyebut ekonomi Singapura tumbuh 3,8 persen pada kuartal-I 2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Saat ini Singapura memberlakukan tarif nol untuk impor AS dan masih dikenakan tarif dasar 10 persen oleh AS. Meski demikian, Perdana Menteri Lawrence Wong menyebut ekonomi Singapura akan terkena dampak yang signifikan.
"Pertumbuhan yang lebih lambat akan berarti lebih sedikit kesempatan kerja dan kenaikan upah yang lebih kecil bagi para pekerja. Dan jika lebih banyak perusahaan menghadapi kesulitan atau merelokasi operasi mereka kembali ke AS, akan ada penghematan yang lebih tinggi dan kehilangan pekerjaan," katanya.
(Ibnu Hariyanto)