Seberapa Besar Industri Farmasi RI?
Kekacauan yang ditimbulkan industri farmasi RI membuat sektor ini juga disorot. Salah satunya adalah pengawasan penjualan obat online yang ternyata memiliki pangsa pasar cukup besar.
Bak pisau bermata dua, di satu sisi penjualan obat bebas online ini mempunyai risiko keamanan yang tinggi. Terutama terkait penjaminan mutu dan keamanan produk. Namun di sisi lain, potensi ekonominya juga cukup besar.
Era digitalisasi memang menempatkan konsumen dapat secara bebas membeli obat-obatan, termasuk di marketplace dan toko online.
Berdasarkan riset yang dilakukan Statista, pendapatan di segmen apotek online di Indonesia diproyeksikan mencapai USD0,42 miliar pada tahun 2022.
Apotek online ini mencakup obat bebas yang dapat dibeli tanpa resep medis melalui saluran penjualan online.
Segmen ini terdiri dari analgesik, obat pilek dan batuk, obat pencernaan dan usus, produk perawatan kulit, serta vitamin dan mineral.
Pendapatan dari apotek online ini diproyeksikan bertumbuh secara tahunan (CAGR 2022-2027) sebesar 17,04%. Adapun proyeksi pangsa pasar akan mencapai USD0,93 miliar pada tahun 2027.
Proyeksi Pendapatan Penjualan Obat Online Hingga 2027
Sumber: Statista
Penetrasi konsumen obat online ini akan menjadi 13,62% pada tahun 2022 dan diperkirakan akan mencapai 20,36% pada tahun 2027.
Pendapatan rata-rata per pengguna atau average revenue per user (ARPU) diperkirakan mencapai USD11,12.
Sebagai perbandingan global, penyumbang pendapatan apotek online adalah China mencapai USD6,97 juta pada tahun ini.
Beberapa saham emiten farmasi juga tidak terlalu menunjukkan kinerja membanggakan di bursa saham.
Hingga Selasa (25/10) dalam penutupan sesi pertama, penurunan terbesar dicatatkan oleh PT Indofarma Tbk (INAF) sebesar 56,95% secara year to date (ytd).
Disusul PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebesar 50,21%, PT Phapros Tbk (PEHA) 25,34%, dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) 17,92%.
Adapun yang mencatatkan kenaikan di antaranya PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan menjaga kinerja sahamnya naik 25,70%. Sementara PT. Merck Tbk (MERK) juga mencatatkan kenaikan kinerja sahamnya dengan pertumbuhan 37,53%.
Sementara kapitalisasi pasar farmasi terbesar masih dikuasai oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan nilai mencapai Rp96,09 triliun. (Lihat grafik di bawah ini)
Kelalaian industri farmasi yang menelan korban jiwa ini memaksa sektor ini untuk berbenah. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti, keselamatan konsumen harus tetap dinomor satukan apabila menyangkut kualitas bahan baku produk.
Karena produk farmasi tidak sama dengan makanan pada umumnya yang bisa secara bebas dikonsumsi tanpa melihat efek sampingnya. (ADF)