Maka dari itu, dia menyebut perlunya diversifikasi tujuan negara ekspor untuk tetap mempertahankan kinerja baik ekspor Indonesia yang selama ini pertumbuhannya terjaga. India dan negara-negara di kawasan Timur Tengah bisa menjadi negara tujuan ekspor baru bagi Indonesia.
Kinerja investasi juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Sri menyebut bahwa Presiden sering menyampaikan mengenai hilirisasi dan improvement/perbaikan dari kebijakan investasi Indonesia.
Selain itu, dia juga menyebut bahwa kinerja investasi yang masuk ke dalam negeri juga dipengaruhi oleh suku bunga global yang sekarang cenderung meningkat, yang menurutnya akan mempengaruhi appetite dan risiko dari investasi.
“Kita harus bekerja ekstra keras untuk menjaga investasi kita tumbuh di atas 6% bahkan mencapai di atas 7%,” lanjut Sri.
Selanjutnya, konsumsi rumah tangga juga menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Dia mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga memiliki kaitan erat dengan daya beli masyarakat. Jika bicara tentang daya beli masyarakat, APBN menjadi shock absorber yang luar biasa, katanya. Tahun ini pemerintah telah membelanjakan untuk subsidi kompensasi di atas Rp500 triliun, dan tahun depan alokasi Bansos mencapai Rp470 triliun. Hal ini ditujukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan memberikan jaring pengaman sosial terutama kepada kelompok yang rentan.