Dia menekankan menjadi siap adalah hal terbaik. Dan para pemimpin G20 menyadari bahwa dunia tidak memiliki mekanisme yang memadai untuk merespon jika pandemi menghantam dengan hebat.
"Maka dari itu, harga yang harus dibayar, bukan hanya dari soal korban jiwa manusia, tapi juga imbas ekonomi dan sosialnya benar-benar besar. Bahkan hingga hari ini, scarring effect-nya bukan hanya di ekonomi, tetapi juga di keuangan publik secara global, banyak negara yang menderita karena pandemi ini," tambah Sri.
Maka dari itu, dia menegaskan bahwa pandemi tidak bisa diperlakukan layaknya one shock accident, tetapi harus belajar dari itu. Merespon kebutuhan ini, G20 sudah menginisiasi, dari Arab Saudi ke Italia, lalu ke Indonesia, untuk membentuk dan mendirikan dana pandemi. Indonesia sebagai Presidensi G20 di 2022 mengerahkan upaya yang besar, dan juga memengaruhi banyak negara anggota G20 untuk mendirikan dana pandemi.
"Indonesia adalah satu-satunya negara emerging yang berkontribusi melebihi kapasitas ekonominya sendiri. Ini menunjukkan komitmen kami terhadap area khusus ini, bukan hanya secara retorika, tapi secara konkret," pungkasnya.
(FRI)