"Filipina 6,4%, India 5%, Malaysia 5,5%, Thailand 6,3%, Turki outliers 30% mereka mengalami penurunan local currency. Ini akan menjadi tren yang harus diwaspadai, monetary policy akan cenderung makin ketat," jelasnya.
Berdasarkan catatan Sri Mulyani, suku bunga AS saat ini mulai meningkat dan membuat para investor menempatkan dananya di aset yang lebih aman. Dengan demikian, terjadi capital outflow atau arus modal keluar sebesar Rp 36,6 triliun.
Sri Mulyani mengatakan, komposisi aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik berasal dari pemegang surat utang. Hal ini tentu akan berdampak langsung terhadap nilai tukar rupiah.
"Yield surat berharga local currency untuk 10 tahun di level 7,7%. Kalau dibandingkan yield US Treasury 10 tahun ini naik drastis, namun trennya ke atas," jelasnya.
Untuk Indonesia, lanjut Sri Mulyani, bond 10 tahun kenaikan yield 17,4% dan kalau dibandingkan negara lain relatif baik karena negara lain koreksi yield dari year to date mereka.
"Indonesia 17,4% sejak awal tahun hingga hari ini, Meksiko 22%, Filipina 24%, namun Amerika yield 10 tahun melonjak 116%," imbuh Sri Mulyani. (FRI)