Proses pembuatan kitosan dari kulit udang yaitu, kulit udang direbus dalam suhu 80-90 derajat Celcius dengan campuran beberapa bahan seperti Hcl dengan konsentrasi 37%, NaOH 40 gram/L dan 60 ml HaOH untuk mendapatkan senyawa kitin kemudian dikeringkan menggunakan oven dan digiling sehingga menjadi bubuk kitosan. Produk bubuk kitosan saat ini dijual kepada pengusaha pengupasan udang dan digunakan sebagai bahan pengawet alami makanan.
Syahrizal mengungkapkan, saat ini kelompoknya sedang mengembangkan alat pembuat kitosan yang dapat mempersingkat waktu produksi. “Kami sedang mengembangkan inovasi mesin kitosan yang menampung kurang lebih 10 kg limbah kulit udang basah dalam sekali produksi dan mempersingkat waktu produksi dari dua hari menjadi empat jam,” jelas Syahrizal.
Kelompok Pemanah beranggotakan 15 orang, yang berlatar belakang sebagai tunakarya dan pekerja harian lepas yang diberdayakan karena memiliki potensi dan semangat untuk mengubah citra perkampungannya menjadi lebih baik dan positif.
Program ini berlokasi di sekitar wilayah Ring I FT Medan Group yaitu Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Pada tahun ini program kitosan mempunyai target menambah produksi kitosan dan pengembangan side produk kitosan menjadi bahan hand sanitizer, edible coating dan pembalut luka pada penderita diabetes sehingga dapat menambah nilai ekonomi bagi kelompoknya.
Sebelumnya, para pengupas kulit udang di Kelurahan Pekan Labuhan ini hanya menjadikan limbah tersebut menjadi pakan ternak. "Limbah udang dibiarkan begitu saja menumpuk untuk pakan ternak dan terkadang menimbulkan bau yang tidak sedap bagi lingkungan karena dibuang begitu saja,” tambah Syahrizal.