Sementara itu minyak sawit mentah (CPO), komoditas ekspor andalan Indonesia naik 100 persen secara bulanan namun turun 5,9 persen YoY.
Dengan demikian, ketiga komoditas ekspor utama Indonesia berada dalam tren menurun akibat penurunan harga komoditas.
Sebagai catatan, batu bara menyumbang sekitar 12,7 persen dari total ekspor, diikuti oleh CPO sebesar 11,1 persen dan besi & baja sebesar 10,7 persen.
Di sisi lain, terdapat tren peningkatan dalam ekspor produk otomotif, dengan CAGR sebesar 18,5 persen pada tahun fiskal 2021-2024, yang membantu pemulihan ekspor di sektor manufaktur.
Secara keseluruhan, ekspor kumulatif sektor ini pada paruh pertama 2024 turun 2,8 persen YoY menjadi USD125,1 miliar.
Impor juga mencatat angka yang beragam sebesar USD18,5 miliar pada Juni terkontraksi 4,9 persen MoM. Namun, angka ini naik 7,6 persen YoY yang menandai sedikit perlambatan dalam aktivitas ekonomi namun masih dalam jalur pemulihan dalam jangka panjang.
“Meskipun ada tekanan dari melemahnya harga komoditas, perekonomian domestik tetap optimis karena Indonesia terus mencatat surplus perdagangan. Namun, tren jangka panjang menunjukkan penurunan surplus karena melemahnya harga komoditas sementara impor tetap kuat karena permintaan dalam negeri,” kata Chandra.
Chandra menambahkan, impor minyak dan gas (migas) meningkat sebesar 19 persen MoM dan 47,3 persen YoY, mencerminkan permintaan yang kuat dari sektor transportasi, yang berarti mobilitas dan aktivitas ekonomi tetap tinggi.
Kabar baiknya, rata-rata pergerakan surplus menunjukkan stagnasi karena harga komoditas cenderung bertahan sementara pertumbuhan impor terbatas karena melemahnya nilai tukar Rupiah.
Meski begitu, surplus neraca dagang Juni memberikan sentimen positif bagi mata uang rupiah.
“Pengelolaan arus masuk modal jangka pendek tetap penting karena bank sentral mempunyai ruang terbatas untuk menurunkan suku bunga menjelang pertemuan The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS),” tulis Chandra.
Sebagai informasi, rupiah kini berada di level Rp 16.175 per USD, menguat 0,62 persen dalam sepekan. (ADF)