Struktur impor Januari-Agustus 2025 masih didominasi bahan baku atau penolong dengan pangsa sebesar 70,89 persen, diikuti barang modal sebesar 20,08 persen dan barang konsumsi sebesar 9,03 persen. Dibanding Januari—Agustus 2024, impor barang modal naik 17,94 persen sementara impor bahan baku atau penolong turun 1,09 persen dan barang konsumsi turun 2,85 persen (CtC).
“Kenaikan impor barang modal yang mencapai 17,94 persen turut disebabkan naiknya impor central processing unit (CPU); mesin untuk memilah, menyaring, memisahkan, dan mencuci; peralatan navigasi kapal; alat penerima portabel; dan alat berat. Meski impor bahan baku dan barang konsumsi turun, dominasi bahan baku dalam struktur impor tetap mencerminkan orientasi produktif ekonomi kita,” ujar Mendag.
Produk bahan baku atau penolong dengan penurunan terdalam pada Januari—Agustus 2025, yaitu gula tebu; batu bara bitumen; kacang kedelai; bungkil untuk pakan ternak; dan polypropylene. Di sisi lain, impor barang konsumsi turun terutama untuk pendingin ruangan, bawang putih, mobil listrik, buah pir, dan buah apel.
Sementara itu, secara umum, komoditas impor nonmigas dengan peningkatan tertinggi, antara lain, kakao dan olahannya (HS 18) sebesar 108,89 persen; kapal, perahu, dan struktur terapung (HS 89) sebesar 77,43 persen; serta garam, belerang, batu, dan semen (HS 25) sebesar 72,15 persen (CtC).
Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia pada Januari—Agustus 2025 didominasi China, Jepang, dan AS dengan kontribusi gabungan mencapai 52,78 persen terhadap total impor nonmigas. Sementara itu, negara asal impor dengan kenaikan tertinggi dibanding Januari-Agustus 2024 adalah Ekuador sebesar 102,75 persen; Uni Emirat Arab sebesar 62,74 persen; dan Arab Saudi sebesar 28,03 persen.
(NIA DEVIYANA)