sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Surplus USD3,4 Miliar di September 2023 Dinilai Tak Sehat, Ini Alasannya

Economics editor Michelle Natalia
17/10/2023 12:29 WIB
Surplus neraca dagang RI sebesar USD3,4 miliar pada dasarnya bukan surplus yang sehat.
Surplus USD3,4 Miliar di September 2023 Dinilai Tak Sehat, Ini Alasannya. (Foto: MNC Media)
Surplus USD3,4 Miliar di September 2023 Dinilai Tak Sehat, Ini Alasannya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Surplus neraca dagang RI sebesar USD3,4 miliar pada dasarnya bukan surplus yang sehat. Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal menilai bahwa, surplus ini lebih tinggi dibandingkan surplus di bulan Agustus 2023. 

"Surplus ini bisa sehat dan kurang sehat tergantung apa sebabnya. Pasalnya, surplus di bulan September lalu bukan disebabkan ekspor kita mengalami peningkatan," ujar Faisal dalam IDXChannel Live Market Review di Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Ekspor RI, sebut dia, justru mengalami penurunan secara bulanan maupun secara tahunan dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Ini artinya, performa ekspor pun kurang sehat. Apalagi jika dilihat dari sisi impor.

"Surplus melebar dibandingkan bulan lalu juga karena impor yang menurun lebih tajam. Sehingga, ekspor turun, impornya juga menurun lebih tajam," sambung Faisal.

Dia mengatakan, impor yang menurun tajam hingga 8,15% bukan indikasi yang baik sebetulnya karena penurunan impor terjadi pada seluruh golongan barang, termasuk barang-barang konsumtif, bahan baku dan penolong juga secara bulanan turun hampir 5%, dan barang modal menurun.

"Ini tidak sehat, dilihat dari pergerakan ekspor maupun impor. Khusus untuk impor, ini terus terang berada di luar prediksi kami. Kami memprediksikan penurunan tapi tidak setajam ini," tambah Faisal.

Dia menilai, penurunan impor yang tajam ini sebenarnya adalah indikasi bahwa permasalahan perlambatan ekonomi sudah semakin terasa di ekonomi domestik RI. 

"Sebenarnya ekonomi RI lebih resilien terhadap masalah di eksternal, tapi dengan adanya penurunan impor ini, mau tidak mau kita sudah mulai lebih merasakan dampak perlambatan ekonomi global terhadap permintaan di dalam negeri yang bisa berdampak terhadap di hulu, yaitu industri manufaktur, sehingga mengurangi pembelian terhadap bahan baku, penolong, dan barang modal," pungkas Faisal.

(SLF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement