Sehingga, peluang pasar yang besar telah mendorong kebutuhan akan daya saing digital di daerah. Penggunaan jasa berbasis aplikasi maupun model gigeconomy berbasis teknologi seperti e-commerce, layanan transportasi online, dompet digital, dan sebagainya, mendulang kinerja yang mumpuni dan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, khususnya dari sisi ketenagakerjaan.
"Pertumbuhan dari startup yang memperluas cakupan daerahnya, termasuk beberapa yang sudah mendapatkan status unicorn, menjadi salah satu pendorong hal tersebut," jelasnya.
Semakin membaiknya daya saing digital dapat menjadi penopang dari pertumbuhan ekonomi digital yang lebih masif, dimana selama tahun 2020 dan paruh awal 2021 tercatat 72% dari 21 juta konsumen digital baru berasal dari area non-metropolitan1. Tingginya jumlah pengguna internet menunjukkan peluang pasar yang besar, terutama ketika lebih banyak teknologi yang diadopsi dalam bisnis dan aktivitas sehari-hari.
Hal ini adalah salah satu faktor yang dapat memicu pembangunan ekonomi digital di suatu daerah. Ketika daerah di luar Jawa mengalami digitalisasi, mereka akan dapat merasakan manfaat dari perkembangan ekonomi digital. (TYO)