sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Survei: Mayoritas CEO Dunia Siap Adopsi AI dalam Skala Besar

Economics editor Tangguh Yudha
11/07/2025 13:53 WIB
Survei yang melibatkan 2.000 CEO secara global, termasuk dari Indonesia, menunjukkan para eksekutif memperkirakan laju pertumbuhan investasi AI akan meningkat.
Survei: Mayoritas CEO Dunia Siap Adopsi AI dalam Skala Besar. Foto: Freepik.
Survei: Mayoritas CEO Dunia Siap Adopsi AI dalam Skala Besar. Foto: Freepik.

IDXChannel - Survei yang dilakukan IBM Institute for Business Value mengungkap sebanyak 61 persen CEO di dunia bersiap untuk mengadopsi teknologi artificial inteligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam skala besar di perusahaannya.

Survei yang melibatkan 2.000 CEO secara global, termasuk dari Indonesia itu menunjukkan para eksekutif memperkirakan laju pertumbuhan investasi AI akan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua tahun ke depan.

Temuan studi juga menemukan sebanyak 77 persen CEO Indonesia yang disurvei menganggap arsitektur data terintegrasi di seluruh perusahaan sebagai faktor penting untuk mendukung kolaborasi lintas fungsi, sementara 67 persen melihat data internal organisasi sebagai kunci untuk mendapatkan manfaat dari teknologi generative AI (GenAI).

Namun, hanya 27 persen inisiatif AI yang berhasil telah memberikan Return on Investment (ROI) atau pengembalian investasi, di mana tertinggi di Asia Tenggara, dan hanya 15 persen yang berhasil menerapkan dalam skala perusahaan secara menyeluruh.

“Perusahaan-perusahaan di Indonesia secara cermat telah mengikuti tren dan inovasi AI sambil tetap menyeimbangkan kebutuhan para pemangku kepentingan,” ujar Juvanus Tjandra, Managing Partner IBM Consulting Indonesia dalam keterangan resminya, Jumat (11/7/2025).

Menariknya, hanya sekitar sepertiga (35 persen) yang percaya bahwa tenaga kerja Indonesia akan membutuhkan pelatihan ulang dan/atau pengembangan keterampilan dalam tiga tahun ke depan. Sementara 67 persen mengatakan organisasi mereka akan menggunakan otomatisasi untuk mengatasi kesenjangan keterampilan. Sehingga, nasib tenaga kerja pun jadi pertanyaan.

Selain itu, 70 persen CEO Indonesia yang disurvei melaporkan bahwa menjaga kepercayaan pelanggan memiliki dampak yang lebih besar bagi bisnis dibandingkan dengan fitur produk dan layanan baru yang spesifik.

"Namun, masa untuk bereksperimen telah selesai. Kini, organisasi-organisasi di Indonesia memiliki kesempatan untuk berinvestasi di AI guna mendorong efisiensi dan peningkatan produktivitas. Pemanfaatan AI yang didukung oleh data internal perusahaan, serta peningkatan keterampilan talenta yang ada saat ini dapat menjadi keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh para kompetitor," kata dia.

Sebanyak 73 persen CEO Indonesia yang disurvei mengakui bahwa risiko tertinggal mendorong mereka untuk berinvestasi di beberapa teknologi sebelum mereka memiliki pemahaman yang jelas tentang manfaat yang dibawanya ke dalam organisasi.

Dan persentase yang sama juga meyakini bahwa fleksibilitas anggaran yang lebih besar diperlukan untuk memanfaatkan peluang digital yang dapat mendorong pertumbuhan dan inovasi jangka panjang.

Secara global, para CEO yang disurvei melihat bahwa kepemimpinan strategis dan talenta khusus sangat penting untuk membuka potensi manfaat AI, di tengah-tengah kesenjangan keahlian dan keterampilan.

Sebanyak 69 persen responden mengatakan kesuksesan organisasi mereka sangat bergantung pada keberadaan sekelompok pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam tentang strategi dan wewenang untuk membuat keputusan penting.

Sementara itu, 67 persen mengatakan bahwa diferensiasi bergantung pada keahlian yang tepat di posisi yang tepat dengan insentif yang sesuai.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement