Dampak positif pun berlanjut. Penggunaan uap geothermal untuk sterilisasi cocopeat mampu menurunkan timbunan limbah cocopeat yang terbuang sampai dengan 300 persen karena dapat digunakan kembali sampai dengan 4 kali. Dengan menggunakan uap geothermal, maka emisi karbon juga dapat diturunkan dari hasil penggunaan bahan bakar konvensional dalam proses sterilisasi cocopeat.
“Kami biasanya hanya tahu sterilisasi cocopeat dilakukan dengan mengukus secara tradisional. Seringkali kami harus membeli cocopeat baru. Uap geothermal dari PGE sangat membantu dalam sterilisasi cocopeat karena bisa digunakan lagi sampai empat kali. Itu sangat menghemat biaya produksi bibit kentang,” ungkap Zamzam Nurzaman, ketua LMDH Mustika Hutan.
Program “Kentang Geothermal” ini merupakan salah satu inisiatif PGE dalam menjalankan bisnis dengan menerapkan aspek environment, social, dan governance (ESG). Upaya menekan limbah serta menurunkan emisi karbon dari aktivitas sterilisasi menggunakan alat konvensional sejalan dengan aspek lingkungan.
Selain itu program ini juga menjadi komitmen PGE untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) goal ketujuh tentang energi bersih dan terjangkau. Aktivitas petani kentang ini amat terbantu dalam inovasi untuk proses sterilisasi cocopeat dengan memanfaatkan panas bumi yang bersih dan terjangkau.
Tak hanya itu, kontribusi terhadap hasil panen petani sejalan dengan aspek sosial juga sejalan dengan tujuan kedelapan dari SGDs yaitu mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua. (RAMA)