Beban utang ini kemudian dibayar menggunakan aset atau barang oleh Tajikistan. Kemudian pada tahun 2016, perusahaan China TBEA mengerjakan proyek pembangkit listrik 400 megawatt di Dushane. Dalam proyek senilai USD349 juta, pemerintah Tajikistan hanya menyumbang sekitar USD17,4 juta saja dan sisanya dibayar TBEA.
Selain itu, Tajikistan juga pernah menyerahkan sekitar 1.200 kilometer persegi tanah atau setara dengan 1 persen wilayahnya kepada China. Hal ini dilakukan karena mereka belum bisa sepenuhnya membayar utang ke China.
2. Sri lanka
China juga diketahui menjadi pemberi pinjaman terbesar kepada Sri Lanka. Total pinjaman yang dimiliki Sri Lanka mencapai USD8 miliar atau setara dengan Rp118,4 triliun.
Jumlah ini sama dengan seperenam dari total utang luar negeri Sri Lanka sebesar USD 45 miliar pada April 2022. Sri Lanka sendiri kerap melakukan pinjaman terhadap China untuk membangun infrastruktur di negara yang tengah mengalami krisis ekonomi. Demi membayar utangnya, pada 2017 lalu Sri Lanka harus rela melepaskan dua infrastrukturnya berupa bandara dan pelabuhan ke tangan China.
3. Uganda
Senasib dengan Sri Lanka, Uganda juga harus rela melepaskan salah satu asetnya berupa Bandara Internasional Entebbe ke tangan China sebagai konsekuensi tidak mampu membayar utang.