sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tak Selamanya Komoditas Itu Indah, Ikhtisar Perdagangan Internasional Indonesia Paruh Pertama 2023

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
17/03/2023 07:30 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Februari 2023, Rabu (15/3).
Tak Selamanya Komoditas Itu Indah, Ikhtisar Perdagangan Internasional Indonesia Paruh Pertama 2023. (Foto: MNC Media)
Tak Selamanya Komoditas Itu Indah, Ikhtisar Perdagangan Internasional Indonesia Paruh Pertama 2023. (Foto: MNC Media)

Ekspor untuk negeri Tirai Bambu menyumbang surplus USD999,9 juta dengan komoditas penyumbang besi dan baja sebesar USD1,18 juta, bahan bakar mineral USD1,12 juta, dan lemak dan minyak nabati USD0,59 juta. (Lihat tabel di bawah ini.)

Tiga negara penyumbang defisit neraca perdagangan di antaranya Australia, Thailand, dan Brazil. Australia menyumbang defisit USD400,4 juta sementara Thailand menyumbang defisit USD342,1 juta. Brazil menyumbang defisit sebesar USD158,8.

Sektor komoditas Australia yang menyumbang defisit perdagangan di antaranya serelia sebesar USD135,3 juta, logam mulia dan perhiasan sebesar USD93,6 juta dan bahan bakar minyak USD92,4 juta.

“Perdagangan kita dengan Australia sering mengalami defisit karena beberapa alasan. Pertama, kita selalau mengimpor bahan bakar mineral, serealia, dan logam mulia dari Australia dalam jumlah besar tiap tahunnya. Di sisi lain, kita ekspor peralatan mesin, peralatan elektronik, perkayuan, dan besi/baja ke Australia dan jumlahnya juga jauh lebih kecil,” ujar Hasran, ekonom Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) kepada IDX Channel, Kamis (16/3).

Menariknya, perdagangan gula dengan Thailand juga menyumbang defisit tertinggi mencapai USD107,7 juta dibanding dua komoditas lainnya yakni mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya sebesar USD94,9 juta serta kendaraan dan bagiannya sebesar USD83,1 juta.

Highlight Penurunan Ekspor-Impor

Penurunan  ekspor  terjadi pada komoditas migas dan non migas. Penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2023 terhadap Januari 2023 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar USD277,0 juta atau terkontraksi 6,51 persen. Adapun peningkatan ekspor terbesar terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar USD141,0 juta atau 10,93 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Februari 2023 turun 0,26 persen dibanding periode yang sama tahun 2022, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 1,95 persen, sedangkan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 58,76 persen.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Februari 2023 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD6,00 miliar atau menyumbang 13,72 persen), diikuti Kalimantan Timur USD5,10 miliar atau menyumbang 11,67 persen dan Jawa Timur sebesar USD3,83 miliar atau 8,75 persen.

Penurunan impor terjadi pada golongan barang nonmigas terbesar Februari 2023 dibandingkan Januari 2023 adalah mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya mencapai USD355,4 juta atau terkontraksi 15,22 persen. Sedangkan peningkatan terbesar adalah bijih logam, terak, dan abu mencapai USD111,1 juta atau 249,87 persen.

Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Februari 2023 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal USD317,3 juta atau 5,87 persen dan barang konsumsi sebesar USD178,6 juta atau setara 6,42 persen.

Ekspor nonmigas Februari 2023 terbesar adalah ke China yaitu USD5,04 miliar, disusul Amerika Serikat USD1,91 miliar dan Jepang USD1,74 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,99 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD3,97 miliar dan USD1,25 miliar.

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2023 adalah China USD9,36 miliar (32,22 persen), Jepang USD2,77 miliar (9,53 persen), dan Thailand USD1,79 miliar (6,17 persen). Impor nonmigas dari ASEAN USD4,99 miliar (17,17 persen) dan Uni Eropa USD2,01 miliar (6,91 persen).

Peningkatan terbesar ekspr non migas secara month to month terjadi di negara India yang mencapai USD258 juta dan Bangladesh di urutan ke dua mencapai USD179,5 juta. Taiwan menyumbang peningkatan ekspor non migas mencapai USD121,7 juta dan Mesir serta Thailand masing-masing menyumbang USD77,9 juta dan USD60,1 juta.

Penurunan ekspor non migas terbesar dari Korea Selatan mencapai minus USD218,1 juta dan China minus USD210,4 juta. Jepang, Swiss dan Italia juga menyumbang penurunan terbesar masing-masing minus USD152,4 juta, USD142,7 juta, dan USD122,1 juta.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement