IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Februari 2023, Rabu (15/3). Dalam paparannya, sejumlah sinyal ekonomi menunjukkan mulai mengalami pelemahan.
Disinyalir, karena pertumbuhan ekspor melambat sementara impor juga turun.
Nilai ekspor Indonesia Februari 2023 tercatat mencapai USD21,40 miliar atau turun 4,15 persen dibanding ekspor Januari 2023. Secara year on year (yoy), nilai ekspor naik sebesar 4,51 persen dibanding Februari 2022.
Secara rinci, ekspor nonmigas Februari 2023 mencapai USD20,21 miliar atau turun 3 persen dibanding Januari 2023. Secara yoy, nilainya naik 3,76 persen jika dibanding ekspor nonmigas Februari 2022.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Februari 2023 mencapai USD43,72 miliar atau naik 10,28 persen dibanding periode yang sama 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai USD41,05 miliar atau naik 8,73 persen.
Di sisi impor, nilai impor Indonesia Februari 2023 mencapai USD15,92 miliar, juga mengalami penurunan 13,68 persen dibandingkan Januari 2023. Secara yoy, turun 4,32 persen dibandingkan Februari 2022.
Adapun impor migas Februari 2023 senilai USD2,41 miliar, turun 17,19 persen dibandingkan Januari 2023 atau turun 17,08 persen dibandingkan Febuari 2022.
Impor nonmigas Februari 2023 turun 13,03 persen senilai USD13,51 miliar, dibandingkan Januari 2023 atau turun 1,63 persen dibandingkan Februari 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Perkembangan Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan Indonesia Februari 2023 mengalami surplus USD5,48 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas USD6,70 miliar. Surplus ini meningkat dari USD3,88 miliar pada Januari 2023.
Secara total, neraca perdagangan Indonesia hingga Februari 2023 mencapai surplus selama 34 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Namun, hasil ini tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD1,22 miliar.
Neraca migas mengalami defisit USD1,22 miliar yang disumbang oleh minyak mentah dan hasil minyak.
Sebelumnya, analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Indonesia akan mengalami surplus perdagangan USD3,27 miliar. Surplus perdagangan bulan Februari juga meningkat dari bulan Januari sebesar USD3,87 miliar dan merupakan yang terbesar sejak bulan Oktober tahun lalu.
Amerika Serikat (AS), India, dan China masih menjadi mitra dagang penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar. AS menyumbang surplus USD1,33 miliar dengan sektor komoditas penyumbang utama Mesin dan perlengkapan elektrik bagiannya (HS 85) sebesar USD396,4 juta, pakaian dan aksesoris bukan rajutan USD183 juta, dan pakaian dan aksesoris rajutan sebesar USD165,3 juta.
India menjadi mitra penyumbang surplus neraca dagang sebesar USD1,08 miliar untuk ekspor Bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, dan bijih logam, terak, abu masing-masing menyumbang USD730,2 juta, USD249,3 juta, dan USD119,4 juta.