IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengembangkan potensi sagu sebagai salah satu upaya diversifikasi karbohidrat yang selama ini hanya diandalkan dari nasi. Adapun sagu dianggap pilihan yang tepat karena memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim dan cuaca.
"Pohon sagu dapat tetap tumbuh meskipun saat banjir ataupun pada saat masa kekeringan karena kemarau panjang, sehingga pohon sagu tidak terdampak fenomena alam seperti La Nina dan El Nino," jelas Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, melalui keterangan tertulis, Sabtu (9/3/2024).
Sagu berpotensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan sumber karbohidrat utama nasional karena Indonesia memiliki lahan sagu yang diperkirakan mencapai 5,5 juta hektar.
"Luasnya lahan sagu tersebut dapat menjadi cadangan pangan sumber karbohidrat yang besar untuk dalam negeri maupun dunia, meskipun demikian pengolahan sagu dalam negeri belum secara masif dilakukan," lanjut Putu.
Kemenperin terus mendorong pengembangan hilirisasi sagu di dalam negeri melalui dukungan peningkatan produksi pati sagu dan diversifikasi produk olahan pati sagu.
Pada 2023, Kemenperin bekerja sama dengan beberapa industri besar produsen pati sagu untuk meningkatkan utilisasi produksinya.
"Utilisasi produksi industri pati sagu nasional saat ini masih sangat rendah yaitu di bawah 30%. Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan industri untuk memperoleh bahan baku empulur sagu," terangnya.
Empulur sagu memiliki sifat yang mudah rusak karena cepat teroksidasi, sehingga industri tidak dapat memperoleh bahan baku empulur sagu dari lokasi yang jauh.
Pemerintah bekerja sama dengan industri pati sagu untuk mengembangkan model bisnis industri pati sagu dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku industri pati sagu.