"Saya kontrak di apartemen, belum bayar selama tiga bulan," katanya. Selama sepekan terakhir di tengah ketidakpastian ekonomi, ia rela menjual beberapa perhiasan sang istri seperti cincin dan sepasang anting.
Alih-alih mendapat uang dari hasil jualannya itu, semua pusat bisnis dan pasar ditutup. Tak ayal, tak ada uang yang masuk ke kantong. "Saya sudah tak tahu lagi harus berbuat apa, saya butuh bantuan," ungkapnya.
Seminggu setelah Taliban menguasai ibu kota Kabul, banyak warga Afghanistan berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis hilangnya pekerjaan, bank-bank yang masih tutup, dan lonjakan harga kebutuhan pokok.
Pemerintah Afghanistan diketahui sudah tidak membayar para pekerjanya selama dua bulan terakhir sebelum Taliban mengambil-alih.
Ketidakpastian politik dan ekonomi yang rapuh membuat dukungan mancanegara mulai luntur. Nilai mata uang lokal Afghani jatuh terhadap dolar dan mendorong kenaikan harga bahan pokok.