Menurut Sri Mulyani, G20 seharusnya tidak bertindak seolah-olah bekerja seperti biasa.
“Ini harus menyesuaikan agenda dan hasil untuk mengelola risiko ekonomi global, memperkuat stabilitas dan regulasi ekonomi makro dan keuangan, memastikan kesinambungan fiskal jangka panjang dan menjaga dari dampak negatif,” ujar Sri Mulyani mengutip laman Indonesia.go.id.
IMF juga telah memperingatkan, inflasi yang lebih tinggi telah mendorong bank sentral utama melakukan pengetatan moneter lebih lanjut. Meskipun kebijakan ini diperlukan, tetapi akan membebani pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Dalam konteks inflasi, IMF menawarkan skenario yang harus dilakukan negara G20 menurunkan inflasi. Menurut IMF, negara harus melakukan segala daya untuk menurunkan inflasi yang tinggi.
Karena inflasi yang terus-menerus tinggi dapat menenggelamkan pemulihan ekonomi pasca pandemi dan semakin merusak standar hidup, terutama bagi negara yang rentan.
Hal ini telah memicu siklus pengetatan moneter yang semakin sinkron di mana75 bank sentral, atau sekitar tiga perempat bank sentral telah menaikkan suku bunga sejak Juli 2021.
“Rata-rata bank sentral telah melakukannya sebanyak 3,8 kali. Untuk negara berkembang, rata-rata total kenaikan suku bunga adalah 3 poin persentase, hampir dua kali lipat dari negara maju sebesar 1,7 poin persentase,” ujar Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF dikutip Selasa (11/10).
Ancaman inflasi ini sebaiknya menjadi perhatian serius para pemangku kepentingan G20. Intervensi kebijakan yang konkret dan formulasi berkeadilan untuk mengatasi inflasi menjadi salah satu output yang diharapkan dalam KTT G20 bulan depan. (ADF)