Jenis subsidi yang akan diterapkan di KRL tersebut menurutnya tidak bisa membedakan yang mampu dan yang tidak mampu.
Pasalnya di banyak negara berkembang seperti Indonesia, pengguna kendaraan pribadi lebih sulit berpindah dibandingan kelompok yang tidak memiliki mobil.
Ia mengungkapkan pengalaman di Filipina, saat negara tersebut mengoperasikan LRT1 (Mass Transit Pertama di Asia Tenggara). Target pengguna awalnya adalah justru mereka yang tidak memiliki kendaraan.
"Akibatnya adanya LRT justru tidak mengurangi kemacetan di sepanjang koridor LRT karena tidak ada pemilik kendaraan mau beralih ke LRT. Strategi tersebut kemudian diperbaiki di LRT 2 dan MRT," tutup Sony.
Sementara itu, Pengamat Transportasi Azas Tigor Nainggolan menyebutkan skema subsidi KRL yang sekarang sudah baik.