Meningkatnya defisitnya transaksi berjalan mengindikasikan bahwa terdapat potensi terhadap permintaan valas untuk pembayaran impor sejalan dengan kembalinya aktivitas ekonomi, impor cenderung bertumbuh.
Oleh karena itu, berdasarkan risiko dari nilai tukar, inflasi domestik dan keseimbangan eksternal, BI diperkirakan masih akan menjaga tingkat suku bunganya pada RDG mendatang.
Di sisi lain, untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi Indonesia, Bank Indonesia masih akan mengandalkan kebijakan QE untuk menjaga ketersediaan likuiditas kepada perbankan agar perbankan lebih agresif dalam menyalurkan kreditnya merespon pemulihan ekonomi baik investasi dan konsumsi masyarakat. (TYO)