Selain itu, kata Zulficar, bila perubahannya sudah sangat besar penyimpangannya maka dicemaskan dapat terjadi bias dan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan perikanan berkelanjutan tersebut. Zulficar yang juga merupakan mantan Dirjen Perikanan Tangkap KKP ini mengingatkan bahwa data yang akurat penting sebagai masukan ke dalam manajemen perikanan berkelanjutan agar realistis dalam penerapannya.
Ia merekomendasikan agar ada pemisahan secara spesifik beragam komoditas perikanan unggulan dalam perhitungan stok ikan, serta adanya sistem perizinan yang terhubung secara langsung dengan sistem manajemen pengelolaan stok ikan, agar dapat dijadikan referensi untuk menentukan perpanjangan perizinan tangkap berbagai kapal ikan.
Disisi lain, Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas, Sri Yanti menyatakan dalam kaidah pembangunan kelautan dan perikanan sangat diperlukan dukungan dari data yang akurat dan riset yang memadai dan kredibel.
Selain itu, Sri Yanti mengatakan pihaknya juga berencana ingin meningkatkan model percontohan penguatan tata kelola untuk wilayah pengelolaan perikanan dari tiga model pada tahun 2020 menjadi tujuh model pada 2022.
Executive Director Indonesian Demersal Association (ADI), Mukhlis Kamal mengakhiri dengan beberapa poin penting demi tata kelola yang lebih baik. Demi keberlanjutan, perlunya ada Scientific-base management, meningkatkan peranan para stakeholder, kelembagaan yang kuat (pemerintah, nelayan, pelaku bisnis, asosiasi) dan implementasi rencana kerja dan kebijakan menuju keberlanjutan. (NDA)