IDXChannel - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membutuhkan ekuitas dan investasi yang tinggi bila ingin memiliki armada pesawat secara mandiri. Bahkan. capital expenditure (capex) atau belanja modal yang diperlukan perusahaan juga sangat besar.
Mayoritas armada pesawat emiten bersandi saham GIAA yang dioperasikan saat ini merupakan pesawat sewaaan alias leasing.
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko mengatakan, model bisnis yang dikedepankan Garuda berdasarkan operational expenditure (opex) atau biaya operasional.
Di mana, biaya operasional yang dikeluarkan Garuda hanya untuk memenuhi kebutuhan operasional dan bisnisnya.
"Ini common di dunia, di manapun common. Karena itu bagian dari model bisnis, karena ini opex, kalau beli kan harus capex dan membutuhkan ekuiti dan investment besar, jadi ini opex," ungkap Tiko saat ditemui di kawasan Sarinah, Selasa (14/2/2023).
Meski mayoritas armada adalah pesawat sewaan, Tiko optimis pasca restrukturisasi harga leasing pesawat semakin turun.
"Kita pastikan leasing setelah restrukturisasi kan turun signifikan menjadi sepertiga dari harga leasing awalnya, dengan begitu leasing sepertiga awalnya dan kondisi trafik sekarang dan harga sekarang kita bisa profitable," ucap dia.
Tercatat, Garuda Indonesia hanya memiliki pesawat tua tipe Airbus A330. Pesawat tersebut ternyata tidak lagi menguntungkan bila digunakan sebagai pesawat penumpang.
Mayoritas tipe pesawat itu dialihkan sebagai pesawat kargo. "Yang 330 sekarang kita banyak pakai kargo sekarang karena 330 itu sudah lunas punya kita, tapi saya pakai buat penumpang cost-nya enggak efisien lagi," kata Direktur Layanan dan Niaga Garuda Indonesia, Ade R Susardi.