IDXChannel - Asisten Deputi (Asdep) Pangan Kemenko Perekonomian Muhammad Saifulloh mengatakan terjadi kenaikan harga jagung internasional sekitar 36 persen pada Oktober 2020 hingga April 2021. Harga jagung tingkat petani di Indonesia juga tercatat lebih tinggi daripada Amerika Serikat, AS, Argentina, dan Brazil per Maret 2021.
Saifulloh mengatakan, penanaman jagung tergantung musim, dimana penanaman terbesar adalah ketika musim hujan. Selain itu, komoditas jagung di Indonesia memiliki rantai pasar yang panjang. Harga pasar pun lebih banyak ditentukan oleh peran pedagang pengumpil.
Sementara kebutuhan jagung per bulan relatif sama. "Harga turun ketika pasokan berlebih dan harga naik ketika pasokan berkurang. Sehingga perlu dirumuskan mekanisme pengelolaan stok jagung," ucap Saifulloh dalam webinar di Jakarta, Selasa (20/4/2021).
Dia mengkritisi bahwa belum ada mekanisme cadangan jagung pemerintah sehingga rawan permasalahan muncul di tingkat petani ketika harga jatuh, dan di tingkat pengguna terutama peternak layer ketika harga jagung naik.
"Maka dari itu, perlu ada kebijakan pemanfaatan sistem resi gudang (SRG) untuk jagung. Kemendag perlu berkoordinasi dengan Pemda untuk pengembangan gudang SRG di lokasi yang berdekatan dengan sentra produksi jagung," jelas Saifulloh.
Dia juga menyarankan agar Kemendag dan Kementan perlu berkoordinasi untuk mensinergikan data lokasi mesin pengering (dryer) dan gudang SRG untuk penanganan pasca panen. Perlu pula didorong pengembangan kemitraan petani, industri, lembaga keuangan, dan pemerintah untuk optimalisasi pemanfaatan SRG.
"Perlu peningkatan sosialisasi kepada petani atau petugas pendamping terkait pemanfaatan SRG serta mendorong review kebijakan dan regulasi untuk memudahkan pemanfaatan SRG," pungkas Saifulloh. (TIA)