Tesla Ditikung India, RI Juga Kalah Saing Sama Vietnam Berebut Apple

IDXChannel - Untuk kesekian kalinya Indonesia harus kalah bersaing berebut investor besar. Sebelum Tesla Inc, Indonesia juga harus gigit jari ketika Apple memilih berinvestasi Vietnam.
Seperti diketahui, Apple memindahkan produksinya dari China ke Vietnam, dan direncanakan akan segera produksi Macbook dan Ipad pada tahun 2021. Di Indonesia, Apple memang mendirikan kantor, tapi hanya sebagai prasyarat untuk memenuhi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang merupakan syarat agar bisa berjualan di Indonesia.
Banyak faktor yang membuat investor besar belum melirik Indonesia sebagai tempat investasi manufaktur mereka, salah satunya angka FDI kurang baik. FDI adalah indikasi kepercayaan investor eksternal dalam keberhasilan ekonomi dan prospek. Itu merupakan tingkat perusahaan asing berkomitmen untuk investasi jangka panjang di suatu negara.
FDI diperlukan untuk menciptakan lapangan kerja, menyerap kelebihan pasokan tenaga kerja dan menutup kesenjangan keuangan. Seperti contoh di India FDI mencapai 0,6% dari PDB dalam pembuatan FDI, sedangkan Indonesia menyentuh 1%.
Vietnam dinilai lebih menarik untuk investasi, sedangkan Indonesia dinilai perlu lebih meliberalisasi perdagangan, membelanjakan lebih banyak pembangunan infrastruktur, mereformasi undang-undang pertanahan dan perburuhan, serta menawarkan keringanan pajak untuk investor asing.
Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, ekosistem industri mobil listrik di India lebih siap dibandingkan Indonesia. Dari aspek inovasi, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) India jauh mengungguli Indonesia.
"Hampir pupus harapan Tesla bangun pabrik mobil listrik di Indonesia. Masalahnya kan ada di ekosistem inovasi di India lebih siap, SDM-nya juga berlimpah untuk IT dan otomotif," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia Jumat (19/2/2021).
Ketertinggalan Indonesia di sektor sumber daya mobil listrik juga dibarengi dengan sistem Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau
rasio investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (output) yang anggap terlalu boros investasi.
ICOR sendiri mengukur berapa besar investasi yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit output atau Produk Domestik Bruto (PDB). Pada konteks ini Bhima menilai, Tesla khawatir akan butuh investasi besar, sementara nilai output yang sama.
"Kemudian masalah utama di Indonesia soal ICOR yang tinggi jadi kendala. Incremental Capital Output Ratio menghitung borosnya investasi di sebuah negara. Tesla kalau buat pabrik di Indonesia khawatir boros butuh investasi terlalu besar dengan output yang sama," katanya.
Kendala lain adalah kawasan industri mobil listrik. Indonesia baru mencatatkan pembangunan awal, sementara India sudah menyiapkan jahu-jahu hari. Di samping itu, Pemerintah dianggap tidak terlalu meyakinkan manajemen Tesla bahwa potensi ekosistem mobil listrik juga besar.
"Tesla itu icon mobil listrik jadi brand Tesla akan menarik produsen part otomotif lainnya untuk investasi di Indonesia. Jadi Tesla sangat berbobot ketika memutuskan investasi baru. Ya mungkin pendekatan pemerintah ke Tesla kurang meyakinkan," tuturnya. (RAMA)