Namun, alih-alih mengupayakan penghematan tersebut, Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, justru lebih berfokus pada pemberian paket bantuan senilai lebih dari £100 miliar untuk menurunkan tingginya tagihan energi yang harus ditanggung rumah tangga di Inggris. Pengucuran dana bantuan tersebut dinilai terlalu mahal dan tidak akan berkelanjutan, selama efisiensi konsumsi energi di Inggris masih tetap buruk.
Para ahli memperingatkan bahwa sementara Liz Truss telah membeli waktu pemerintah dengan paket £ 100bn-plus-nya untuk menutup tagihan energi, skema yang sama mahal dan tidak berkelanjutan akan diperlukan kecuali rencana substansial diperkenalkan untuk memperbaiki rumah dan mengurangi permintaan.
Paket energi Truss tersebut, dinilai terpaksa dilakukan secara tergesa-gesa lantaran Sang Perdana Menteri berada dalam tekanan, yang membuatnya bersikap kurang detil. Bahkan, Truss menunjuk fracking dan perluasan bahan bakar fosil Laut Utara sebagai cara untuk meningkatkan pasokan energi.
"Langkah ini tidak akan berhasil dalam menekan harga (energi), dan justru merusak komitmen (Inggris) dalam mengatasi perubahan iklim. Harusnya (Truss) dapat meniru kebijakan Jerman dan beberapa wilayah lain yang fokus dan berhasil meningkatkan efisiensi energi di hunian masyarakatnya, sehingga dapat memangkas permintaan (energi)," tegas pihak IfG. (TSA)
Penulis: Cindy Angelia