sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tingkat Efisiensi Terburuk di Eropa, Inggris Dihantui Krisis Energi Mengerikan di 2023

Economics editor Tim IDXChannel
14/09/2022 18:14 WIB
Paket energi Truss tersebut, dinilai terpaksa dilakukan secara tergesa-gesa lantaran Sang Perdana Menteri berada dalam tekanan.
Tingkat Efisiensi Terburuk di Eropa, Inggris Dihantui Krisis Energi Mengerikan di 2023 (foto: MNC Media)
Tingkat Efisiensi Terburuk di Eropa, Inggris Dihantui Krisis Energi Mengerikan di 2023 (foto: MNC Media)

IDXChannel - Inggris disebut terancam krisis energi yang jauh lebih mengerikan di tahun depan bila tidak segera berbenah dalam memperbaiki efisiensi konsumsi gas di level rumah tangga, yang diklaim menjadi yang terburuk diantara negara-negara Eropa lainnya.

Adalah Institute for Government (IfG), yang baru saja merilis hasil penilitiannya, yang memberikan Inggris skor paling buruk diantara negara-negara Eropa lain, dalam hal efisiensi energi yang dikonsumsi masyarakatnya.

Dalam penelitian tersebut, rumah-rumah di Inggris disebut memiliki suhu dalam ruangan 20 celcius dan suhu luar 0 celcius, yang berpotensi kehilangan rata-rata 3 celcius setiap lima jam. Potensi kehilangan itu, tiga kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata rumah di negara-negara Eropa lain, seperti Jerman.

Tingginya potensi kehilangan itu, disebut lantaran sebagian besar rumah di Inggris masih sangat menggantungkan teknologi pemanas ruangannya pada boiler gas, jauh lebih tinggi dibanding negara kebanyakan. Selain itu, bangunan rumah di Inggris juga menjadi yang tertua di Eropa, dengan 52 persen diantaranya telah dibangun sebelum tahun 1965, termasuk 20 persen di dalamnya yang telah berdiri sebelum tahun 1919.

"Efisiensi adalah lubang besar dalam kebijakan energi Liz Truss. Hal (yang) mendesak (untuk dilakukan) adalah memperbaiki kebocoran rumah secara dramatis untuk mengurangi jumlah panas yang terbuang, sehingga permintaan gas dapat dikurangi secara signifikan," ujar Associate Director IfG, Tom Sasse, sebagaimana dilansir The Guardian, Minggu (11/9/2022).

Namun, alih-alih mengupayakan penghematan tersebut, Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, justru lebih berfokus pada pemberian paket bantuan senilai lebih dari £100 miliar untuk menurunkan tingginya tagihan energi yang harus ditanggung rumah tangga di Inggris. Pengucuran dana bantuan tersebut dinilai terlalu mahal dan tidak akan berkelanjutan, selama efisiensi konsumsi energi di Inggris masih tetap buruk.

Para ahli memperingatkan bahwa sementara Liz Truss telah membeli waktu pemerintah dengan paket £ 100bn-plus-nya untuk menutup tagihan energi, skema yang sama mahal dan tidak berkelanjutan akan diperlukan kecuali rencana substansial diperkenalkan untuk memperbaiki rumah dan mengurangi permintaan.

Paket energi Truss tersebut, dinilai terpaksa dilakukan secara tergesa-gesa lantaran Sang Perdana Menteri berada dalam tekanan, yang membuatnya bersikap kurang detil. Bahkan, Truss menunjuk fracking dan perluasan bahan bakar fosil Laut Utara sebagai cara untuk meningkatkan pasokan energi.

"Langkah ini tidak akan berhasil dalam menekan harga (energi), dan justru merusak komitmen (Inggris) dalam mengatasi perubahan iklim. Harusnya (Truss) dapat meniru kebijakan Jerman dan beberapa wilayah lain yang fokus dan berhasil meningkatkan efisiensi energi di hunian masyarakatnya, sehingga dapat memangkas permintaan (energi)," tegas pihak IfG. (TSA)

Penulis: Cindy Angelia

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement