IDXChannel - Langkah PT Pertamina (Persero) yang berfokus pada upaya transisi energi dan dekarbonisasi dinilai sebagai pilihan tepat, lantaran diyakini dapat membawa keuntungan di masa mendatang.
Hal tersebut disampaikan oleh Pakar Ekonomi Lingkungan IPB Unversity, Aceng Hidayat, yang meyakini bahwa hanya perusahaan yang concern menjalankan bisnis berkelanjutan atau green business, yang akan memiliki daya saing tinggi di masa depan.
"Terlebih lagi, jika Pertamina sampai bermitra dengan perusahaan-perusahaan global (akan lebih menguntungkan lagi)," ujar Aceng, dalam keterangan resminya, Kamis (12/6/2025).
Menurut Aceng, berbagai inovasi yang telah Pertamina sejauh ini telah menjadi bukti atas komitmennya dalam mendorong transisi energi dan dekarbonisasi.
"Untuk hal ini (transisi energi dan dekarbonisasi), Pertamina memang leading, bisa menjadi contoh perusahaan lain," ujar Aceng.
Sambil terus menjaga ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan gas bumi bagi masyarakat, Aceng menilai Pertamina cukup berani dalam melakukan berbagai terobosan, dalam rangka bertransformasi sebagai perusahaan yang berkelanjutan.
"Tentu saja ini praktik yang benar. Apalagi, ranah bisnis BUMN tersebut cukup rentan, termasuk mengenai isu lingkungan, terutama emisi," ujar Aceng.
Di sisi lain, Aceng juga menilai, berbagai upaya Pertamina tersebut terbukti telah mendukung ketahanan energi nasional. Termasuk mendorong swasembada energi seperti dicita-citakan Pemerintahan Prabowo Subianto.
"Ini sudah sejalan dengan upaya kemandirian energi. Pertamina bisa menjadi trendsetter dan bahkan sebagai pendorong," ujar Aceng.
Dalam jangka pendek, guna memenuhi kebutuhan masyarakat, Pertamina tetap menggunakan energi fosil. Namun di sisi berbeda, BUMN ini terus menerapkan green technology untuk mereduksi karbon.
"Untuk jangka panjang, kita harap Pertamina dengan disokong Pemerintah, terus komit dalam bauran energi. Dengan demikian, tidak hanya menjadi bagian sangat penting dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) yang notabene merupakan upaya kolektif, namun sekaligus terus concern menekan emisi karbon," ujar Aceng.
Pertamina sendiri memang menerapkan berbagai inovasi untuk dekarbonisasi. Di antaranya adalah pengembangan Bio Refinery (kilang hijau) yang menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, seperti HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) dan Green Gasoline.
Selain itu, Pertamina juga mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menangkap dan menyimpan emisi CO2.
Pertamina juga mengembangkan dan memasang solar panel di beberapa lokasi, termasuk di rumah sakit dan terminal, untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) sebagai Sub Holding PT Pertamina (Persero) juga menandatangani nota kesepahaman dengan MGH (Mobility Green Horizon) Energy untuk pengembangan e-fuels, seperti e-metanol dan eSAF.
E methanol biasa digunakan di industri pelayaran dan industri kimia.Sementara e-SAF atau e-sustainable aviation fuel adalah bahan bakar sintetik untuk pesawat terbang yang diproduksi menggunakan proses elektrolisis dengan sumber listrik energi terbarukan seperti tenaga surya, air, ataupun angin.
(taufan sukma)