Ketua Umum METI Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, program transisi energi di Indonesia bisa berjalan dengan optimal, tentunya pelaku usaha di dalam negeri harus terus berinovasi, meningkatkan kolaborasi, serta membutuhkan dukungan pembiayaan dan investor luar negeri. Maklum, pengembangan proyek energi baru terbarukan memerlukan investasi hingga Rp10.000 triliun.
"Kami juga mohon support-nya dari perusahaan khususnya Direktorat Jenderal EBTKE agar ke depan dapat terus menggelar acara yang jauh lebih besar. Mimpi kami, ajang konferensi dan eksibisi tidak hanya digelar dengan skala nasional namun bisa tingkat internasional. Mudah-mudahan penyelenggaraan EBTKE ConEx ke depan akan jauh lebih banyak melibatkan kalangan internasional," kata Wiluyo dalam siaran pers, Senin (17/7/2023).
Di sisi lain, Eka Satria, Head of Steering Committee EBTKE ConEx 2023, dalam sesi Industrial Cocktail menyampaikan “Alhamdulillah, pada penyelenggaraan tahun ini pesertanya membludak, bahkan ada lebih dari 50 perusahaan yang berpartisipasi. Selain itu, selama konferensi berlangsung dalam acara 2 (dua) hari ini juga telah dilaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding terkait rencana pengembangan energi terbarukan dengan kapasitas lebih dari 1,6 GW".
Selain berperan sebagai sosialisasi pentingnya transisi energi di Indonesia ke masyarakat luas, EBTKE ConEx 2023 juga berfungsi sebagai wadah kolaborasi untuk para pemangku kepentingan yang nantinya akan menyampaikan sejumlah masukan dan rekomendasi ke pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Eka Satria menambahkan, sejumlah tantangan yang perlu menjadi perhatian pemerintah di antaranya, masih terdapatnya keterbatasan regulasi dan infrastruktur penunjang, keterbatasan finansial untuk pengembangan usaha, serta kendala perizinan. Untuk itu, diperlukan dukungan penuh dari Pemerintah dalam penetapan kebijakan dan regulasi yang mendorong transisi energi, mempersiapkan skema carbon tax dan emission trading system, merealisasikan clean infrastructure dan elektrifikasi industri serta transportasi.
Emma Rachmawati, Head of Division for Instrument and Information Indonesia FOLU Net-Sink 2030 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehidupan (KLHK) mengatakan, isu dekarbonisasi yang dikaitkan energi berkelanjutan cukup menarik perhatian internasional. Sejatinya perhatian dunia internasional untuk transisi energi lewat program dekarbonisasi telah dimulai sejak Paris Agreement pada 2015 silam.