IDXChannel - Penerbangan maskapai Singapore Airlines (SIA) dari London ke Singapura mengalami turbulensi parah yang mengakibatkan satu penumpang dilaporkan tewas dan beberapa mengalami luka-luka.
Insiden yang menimpa Singapore Airlines kemarin menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran penumpang.
Pasalnya, Singapore Airlines dinobatkan sebagai Maskapai Penerbangan Terbaik Dunia pada World Airline Awards 2023. Di urutan kedua, ada maskapai Qatar Airways dan ANA All Nippon Airways di peringkat ke tiga.
Secara kinerja keuangan, Singapore Airlines membukukan total pendapatan jumbo sebesar SGD19,01 miliar yoy (setara USD14,1 miliar) dan laba operasional sebesar SGD2,73 miliar yoy (setara USD2,02 miliar ) pada tahun fiskal 2023/2024.
Maskapai berbasis Singapura ini mengantongi laba bersih sebesar SGD2,68 miliar (USD1,98 miliar) secara tahunan (yoy).
Dengan demikian, terjadi peningkatan tahun sebesar 7,0 persen untuk pendapatan, 1,3 persen untuk laba operasioal dan 24 persen kenaikan untuk laba bersih. (Lihat tabel di bawah ini.)
Maskapai ini mengangkut 36,44 juta penumpang pada periode yang sama, naik 37,6 persen dibandingkan tahun finansial sebelumnya dengan tingkat muatan penumpang sebesar 88 persen, naik 2,6 poin persentase dibandingkan tahun lalu (yoy).
Untuk kinerja saham, Singapore Airlines yang melantai di Bursa Singapura mencatatkan kenaikan 3,36 persen sepanjang tahun ini (YTD) hingga 21 Mei 2024 di level SGD6,76 per saham.
Kotak Pandora Skandal Keselamatan Boeing
Turbulensi yang dialami pesawat Singapore Airlines menambah daftar panjang gangguan pesawat yang dialami oleh produk-produk buatan Boeing. Pasalnya, pesawat yang dugunakan dalam pendaratan darurat adalah jenis Boeing 777-300 ER.
Berdasarkan situs resmi perusahaan, Singapore Airlines juga menggunakan pesawat Boeing 787-10, Boeing 737-800 NG, Boeing 737-8, Airbus A350-900, Airbus A380-800.
“Kami dapat memastikan bahwa ada korban luka dan satu korban jiwa di dalam pesawat Boeing 777-300ER tersebut. Total ada 211 penumpang dan 18 awak di dalamnya,” kata SIA dalam unggahan di akun Facebook, dikutip dari laman Channel News Asia, pada Selasa (21/5/2024).
Sebelumnya, raksasa penerbangan berbasis Amerika Serikat (AS), The Boeing Company sempat menghadapi tekanan usai insiden yang menimpa maskapai Alaska Airlines Boeing 737 MAX 9 pada awal Januari 2024.