sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Turbulensi Pesawat Singapore Airlines, Babak Baru Problem Keselamatan Boeing?

Economics editor Maulina Ulfa
22/05/2024 12:10 WIB
Insiden yang menimpa Singapore Airlines kemarin menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran penumpang.
Turbulensi Pesawat Singapore Airlines, Babak Baru Problem Keselamatan Boeing? (Foto: Singapore Airlines)
Turbulensi Pesawat Singapore Airlines, Babak Baru Problem Keselamatan Boeing? (Foto: Singapore Airlines)

Kasus ini menjadi sorotan setelah pada 5 Januari 2024, pesawat Boeing 737 MAX-9 milik Alaska Airlines yang terbang dari Portland ke Ontario, California terpaksa melakukan pendaratan darurat di Oregon setelah penutup pintu meledak di tengah penerbangan.

Kondisi ini menyebabkan dekompresi yang cepat meskipun tidak ada seorang pun yang duduk di samping pintu yang rusak. Selain itu, pilot dapat mendaratkan pesawat tanpa ada penumpang yang terluka.

Namun insiden tersebut membuka kotak Pandora pertanyaan dan ketidakpercayaan terhadap keselamatan pesawat Boeing.

Di tengah karut marut isu keselamatan, CEO Boeing Dave Calhoun malah mengumumkan akan mengundurkan diri pada akhir 2024. 

Pada 2019, Calhoun diangkat sebagai CEO setelah dua kecelakaan yang menewaskan hampir 350 orang. Salah satu kecelakaan bahkan terjadi di Indonesia.

Di tahun tersebut, insiden kecelakaan pesawat menimpa Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air berkode penerbangan JT610 rute Jakarta-Pangkalpinang.

Pesawat ini jatuh beberapa saat setelah lepas landas di Laut Jawa, menewaskan seluruhnya 181 penumpang dan 8 kru.

Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pilot sempat melaporkan adanya gangguan pada kendali pesawat, indikator ketinggian, dan indikator kecepatan. Kerusakan ini terkait dengan maneuvering characteristic augmentation system (MCAS).

MCAS adalah fitur yang baru ada di Boeing 737 MAX 8 untuk memberbaiki karakteristik anggok pesawat pada kondisi flap up, manual flight dan AOA tinggi.

"Proses investigasi menemukan bahwa desain dan sertifikasi fitur ini tidak memadai. Juga pelatihan dan buku panduan untuk pilot tidak memuat informasi terkait MCAS," terang KNKT.

Sebelumnya, maskapai Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SQ321 itu meninggalkan Bandara Heathrow London pada pukul 22.38 waktu setempat pada hari Senin.

Dikarenakan mengalami turbulensi parah, pesawat itu kemudian mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi pada pukul 15.45 waktu setempat (16.45 waktu Singapura).

Singapore Airlines menyatakan prioritas manajemen saat ini adalah memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada seluruh penumpang dan awak pesawat.

“Kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat di Thailand untuk memberikan bantuan medis yang diperlukan, dan mengirimkan tim ke Bangkok untuk memberikan bantuan tambahan yang diperlukan,” jelas manajemen.

Pihak Boeing sebelumnya mengatakan pihaknya telah menghubungi SIA dan siap memberikan dukungan.

“Kami tengah menjalin kontak dengan Singapore Airlines mengenai penerbangan SQ321 dan siap mendukung mereka. Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai, dan pikiran kami tertuju pada penumpang dan awak,” kata Boeing dalam sebuah pernyataan, Selasa (21/5).

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement