IDXChannel - Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Wally Adeyemo, mengingatkan Turki bahwa banyak entitas dan individu Rusia yang berupaya memanfaatkan negara tersebut untuk melewati sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat atas perang Rusia-Ukraina.
Menurut Adeyemo, Rusia yang sedang dikenai sejumlah sanksi akan memanfaatkan posisi Turki sebagai sarana untuk membangkitkan perekonomian, seiring dengan pilihan politik Turki yang memposisikan diri sebagai negara penengah atas konflik Rusia-Ukraina.
Di lain pihak, Wakil Menteri Keuangan Turki, Yunus Elitas, juga menegaskan bahwa hubungan ekonomi dan politik antara Turki dengan Rusia dan Ukraina selama ini telah terjalin cukup dalam dan erat. Karenanya, pihak Turki menyatakan tidak akan mengikuti langkah negara-negara Barat untuk turut menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
Meski demikian, pihak Kementerian Turki juga menjamin bahwa posisi Ankara dalam konflik ini tidak akan membiarkan terjadinya pelanggaran atas sanksi yang telah dijatuhkan kepada pihak-pihak yang sedang bertikai.
Sebagaimana dilansir Inews.id, sanksi negara-negara Barat terhadap Rusia tengah berusaha menerapkan larangan impor emas dari Rusia. Menurut Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, sanksi tersebut diharapkan dapat secara langsung memukul oligarki Rusia dan menyerang jantung mesin perang Presiden Vladimir Putin.
Dalam beberapa tahun terakhir, emas menjadi komoditas ekspor terbesar Rusia setelah energi. Menurut Gedung Putih, nilai ekspornya mencapai hampir US$19 miliar, atau sekitar lima persen dari ekspor emas global pada 2020.
Sekitar 90 persen emas Rusia diekspor ke negara-negara Barat yang notabene merupakan anggota kelompok G7. Dari total yang dikirim, lebih dari 90 persen diantaranya masuk ke Inggris.
Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, mengklaim bahwa pihaknya kerap menerima permintaan dari Barat mengenai perlunya sanksi terhadap Rusia. namun, Kalin menegaskan bahwa pihak Ankara akan tetap pada pendiriannya.
“Tidak ada tekanan sistematis, tetapi secara berkala ada permintaan seperti itu. Tapi seperti yang Saya katakan, kami tidak bisa melakukan itu, karena itu akan memukul ekonomi kami terlebih dahulu,” ujar Kalin, dalam kesempatan terpisah. (TSA)
penulis: Ridho Hatmanto