Dua transaksi itu membuat perusahaan membiayai pembelian 10 pesawat dan 31 kapal ikan. PANN pun mengeluarkan anggaran USS34 juta untuk pesawat dan Rp 150 miliar pinjaman bank untuk membiayai kapal.
Nahasnya, utang tersebut terus menggunung karena perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya. Hingga akhirnya dibubarkan.
(DES)