IDXChannel - Perusahaan media dan hiburan asal AS, Warner Bros Discovery dikabarkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap hampir 1.000 karyawan. Langkah tersebut dilakukan menyusul Disney yang juga melakukan hal serupa.
Dikutip dari Deadline, Jumat (19/7/2024), Warner Bros Discovery akan memecat karyawannya tersebut mulai pekan ini sebagai strategi untuk mengurangi biaya operasional. Sejumlah divisi yang terdampak PHK yakni produksi, bisnis, dan film, termasuk HBO Max.
Jumlah tersebut lebih kecil daripada PHK sebelumnya yang berdampak pada para eksekutif di divisi TV kabel. Hingga akhir 2023, jumlah total karyawan perusahaan mencapai 35.300 orang.
Seminggu sebelumnya juga tersiar kabar bahwa jaringan TV berita CNN yang menjadi bagian dari Warner Bros Discovery akan melakukan PHK terhadap 100 karyawan. CEO CNN Worldwide, Mark Thompson menyebut, jumlah itu setara 2,9 persen dari total karyawan CNN yang mencapai 3.500 orang.
Sebagai informasi, Warner Bros Discovery merupakan salah satu perusahaan media dan hiburan yang melakukan efisiensi jumlah karyawan.
Sebelumnya, Disney juga telah mengumumkan PHK atas karyawannya dalam beberapa bulan mendatang. Sementara itu, Paramount juga akan melakukan layoff usai diakuisisi oleh Skydance. Paramount sebelumnya juga telah mem-PHK sekitar 800 karyawan pada awal 2024.
CEO Warner Bros Discovery David Zaslav pada akhir 2023 buka suara soal PHK besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.
"Saya ingat kebijakan PHK massal kami. Sangat brutal. Tapi, Warner Bros dan Time Werner, bahkan Discovery, perusahaan-perusahaan ini tidak pernah melakukan restrukturisasi untuk masa depan perusahaan. Dan kami memutuskan bahwa kami harus berani melakukannya," katanya.
Analis saham Bank of America (BofA) Jessica Reif Erlich juga menyoroti kinerja Warner Bros Discovery. Dia menyerukan manajemen untuk melakukan sesuatu karena harga saham perusahaan anjlok 70 persen setelah merger antara Warner Bros dan Discovery.
"Dalam situasi saat ini, kami berpendapat bahwa perusahaan perlu mengeksplorasi strategi alternatif seperti menjual aset, restrukturisasi, atau merger untuk memberikan nilai tambah bagi pemegang saham," kata Erlich.
(RFI)