Meski laporan keuangan konsolidasi BUMN dicatatkan sehat, Erick tidak menampik, ada perusahaan pelat merah lain yang kinerja keuangannya masih terkoreksi alias tidak sehat.
"Kita tidak menutup mata, ada juga BUMN-BUMN yang kurang sehat. Nah karena itu, kita sejak awal membentuk yang namanya portofolio daripada perbaikan BUMN-BUMN itu," ujarnya.
Untuk pendapatan konsolidasi BUMN 2021 meningkat menjadi Rp2.292,6 triliun atau tumbuh 18,8% dibandingkan 2020. Erick mencatat, kinerja keuangan ini didorong oleh pertumbuhan harga komoditas global.
Di mana, naiknya penjualan akibat meningkatkan aktivitas penanggulangan Covid-19 dan pertumbuhan volume penjualan di beberapa klaster. Untuk margin EBITDA meningkat menjadi 20,4%. Pertumbuhan ini lantaran adanya perbaikan dan efisien pada beban operasional tidak langsung.
Selain itu, sambungnya, restrukturisasi utang dan penurunan tingkat bunga pinjaman tahun lalu mengakibatkan penurunan beban utang konsolidasi dari yang semula Rp91,5 triliun pada 2020 menjadi Rp73,5 triliun di 2021.