"Kalau sudah menarik utang, dan realisasi belum baik, makanya itu kemudian menjadi diskursus tersendiri, perlu ada peningkatan realisasi pemerintah," sambungnya.
Lebih lanjut, Yusuf menjelaskan penambahan beban utang negara baru yang tembus Rp8.000 triliun itu akan menjadi PR bagi siapapun capres - cawapres yang terpilih tahun depan. Sebab jatuh tempo utang 2-3 tahun kedepan itu relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun sebelumnya.
"Tentu kalau jatuh tempo utang, Pemerintah perlu memikirkan strategi apakah kemudian melakukan refinancing, atau kemudian membayarkan utangnya. Ini akan berkaitan dengan kondisi ekonomi global dan domestik, termasuk didalamnya suku bunga acuan," pungkasnya.
(SLF)