Di lain pihak, sejumlah sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Uni Eropa praktis membuat posisi rubel terus tertekan dan beberapa kali mencatatkan rekor level terbawahnya. Putin pun berang melihat kondisi tersebut, karena pada saat yang sama Uni Eropa faktanya justru masih sangat bergantung pada pasokan gas bumi dari negaranya.
Gas Rusia tercatat berkontribusi hingga 40 persen terhadap total konsumsi Eropa. Impor gas Uni Eropa pada tahun ini saja terus berfluktuasi antara 200 juta hingga 800 juta euro (880 juta dolar AS) per hari.
"Rusia tentu saja akan tetap memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga yang telah disepakati dalam kontrak. Tidak ada masalah. Perubahan hanya soal mata uang yang digunakan dalam pembayaran. Jika Anda menginginkan gas kami, maka belilah (menggunakan) mata uang kami, karena hanya itu (rubel) yang kami inginkan saat ini, bukan (mata uang) yang lain," tegas Putin.