“Itu semua tergantung pada apakah orang-orang menjaga pedoman pemerintah, memakai masker dan tidak terlalu banyak bergaul dalam pertemuan sosial,” kata penulis dan penasihat masalah sosial Mona Salahuddin Al-Munajjed, seperti yang diwartakan oleh Arab News.
Al-Munajjed juga menambahkan, adanya keputusan ini membuktikan bahwa pemerintah mempercayai rakyatnya, yang pada saat yang sama harus memenuhi semua persyaratan. Kepercayaan tersebut harus dijaga agar mencegah datangnya bahaya virus yang akan menyerang dari luar perbatasan Arab Saudi.
Negara-negara yang telah dilanda virus ini seperti Eropa, India, dan banyak negara lainnya. Al-Munajjed memuji langkah baik sebagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani pandemi melalui tindakan tepat waktu untuk menahan penyebaran, termasuk melakukan vaksinasi terhadap sekitar 10 juta orang.
Penasihat dan profesor hukum Institut Administrasi Publik di Riyadh Osama Ghanem Al-Obaidy mengatakan bahwa dicabutnya kebijakan batasan perjalanan ini menjadi hal yang melegakan bagi warga Saudi, terutama bagi mereka yang sering bepergian ke luar negeri. Namun dengan adanya syarat harus divaksin sebelum melakukan perjalanan, membuat orang-orang buru-buru untuk divaksin.
Dibukanya perjalanan ke luar negeri ini, menurut Al-Obaidy adalah tindakan yang berdampak positif pada sektor ekonomi regional dan internasional. Hal ini karena turis dan pelancong dari Saudi dikenal dengan turis dengan pengeluaran terbesar yang nantinya akan turut membantu negara-negara tujuannya.