IDXChannel - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengakui perdagangan global mulai terbelah akibat peningkatan tensi geopolitik, terutama antara Barat dengan China dan Rusia.
Badan yang bermarkas di Jenewa tersebut khawatir dengan meningkatnya pembatasan perdagangan sepihak dan meluasnya upaya de-risking. Namun, WTO berpendapat masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa globalisasi telah gagal.
Dilansir dari Reuters pada Rabu (13/9/2023), sebuah laporan WTO menunjukkan, sejak invasi Rusia ke Ukraina, perdagangan antara dua blok negara dengan pola voting yang berbeda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tumbuh 4%-6% lebih lambat dibandingkan perdagangan dalam blok-blok tersebut.
Dalam pemungutan suara terbaru PBB terkait Ukraina, yang menyerukan Rusia untuk menarik pasukannya, 141 anggota memberikan suara mendukung, tujuh anggota memberikan suara menentang, sementara 32 abstain, termasuk China, India, dan Afrika Selatan.
Hubungan perdagangan antara China dan AS mengalami perubahan signifikan. Kedua negara mencatat peningkatan perdagangan untuk produk-produk yang tidak dikenakan tarif, sementara perdagangan produk farmasi dan semikonduktor mengalami penurunan tajam.
“Kondisi perdagangan China-AS adalah salah satu hal penting yang disorot laporan ini,” kata Kepala Ekonom WTO Ralph Ossa kepada Reuters dalam sebuah wawancara.