BRIN maupun Google Arts & Culture berharap proyek kolaboratif yang memuat perjalanan transformatif kekayaan budaya dan sejarah kepulauan Indonesia itu dapat diakses secara luas oleh publik. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengungkapkan, peluncuran platform digital ini sebagai wujud nyata dari komitmen tersebut.
"Ini adalah tentang bagaimana kita menggunakan inovasi teknologi, dalam hal ini platform Google Arts dan Culture, untuk menghidupkan kembali narasi-narasi kuno, serta membuatnya relevan dan menarik bagi generasi masa kini dan mendatang,” ujarnya.
Gambar cadas tersebut rentan terhadap berbagai faktor, baik alam maupun aktivitas manusia. Upaya konservasi fisik tentu menjadi prioritas. Namun, dokumentasi digital beresolusi tinggi dan pembuatan tur virtual seperti yang dilakukan dalam proyek ini adalah bentuk preservasi komplementer yang sangat penting.
“Di dalam platform ini diabadikan kondisi situs pada suatu waktu, menyediakan data berharga untuk penelitian lebih lanjut, dan memungkinkan pengalaman virtual yang mengurangi tekanan kunjungan fisik ke situs-situs yang rapuh,” kata Handoko.
Hasil dari kolaborasi tersebut menyoroti penemuan-penemuan yang luar biasa, termasuk seni gua naratif tertua di dunia, tempat perburuan paling awal yang diketahui, dan bukti tertua dari praktik pembedahan. Pengungkapan yang luar biasa ini menantang dan memperkaya pemahaman tentang sejarah manusia, menempatkan Indonesia sebagai tempat lahirnya peradaban yang penting.