Kondisi ekonomi keluarga membuat Arhan kesulitan mendapat perlengkapan latihan. Ibu dan ayahnya sampai harus menjual barang di rumah terlebih dahulu untuk membelikan putra kesayangannya itu sepatu bola.
“Dulu kami memang memang susah sekali, hutang sana sini, dulu dia tidak punya sepatu, tidak punya 25 ribu, dan itupun sekali dipakai udah jebol,” katanya.
“Ibu juga kalau ada turnamen sering berhutang untuk biaya turnamen itu sendiri. Karena itu demi kebaikan Arhan sendiri,” tutupnya. (TYO)